Minggu, 26 Desember 2010

Sayap Garuda Patah!

Sayap garuda patah, kepalanya dimakan harimau malaya, 3-0 tanpa balas, tanpa belas. Dalam istilah orang Indonesia, inilah yang disebut ganyang.
Secara teknis, pertahanan Indonesia jelas menjadi titik kelemahan, terlebih sayap kiri. Tiga gol Malaysia lahir dari sebab hal tersebut. Harus diakui!
Secara mental, tiga gol mudah Malaysia meruntuhkan mental pemain-pemain Indonesia. Persoalan mental sangat sulit diatasi oleh pelatih sekalibur apa pun. Hal tersebut terjadi juga baru-baru ini ketika tim besar LA Lakers dibungkam 77-98 oleh Milwaukee Bucks di kandang sendiri karena Kobe Bryant, Lamar Odom, dan Paul Gasol frustasi. Pelatih Pill Jackson ‘tak mampu mengatasinya.
Secara agama, saya ingin mengatakan bahwa doa orang Malaysia lebih makbul dibandingkan doa orang Indonesia -itu pun kalau pembaca sekalian memercayai kekuatan doa-, sebab tidak ada sejarahnya doa koruptor diterima. Memang di Malaysia ada juga koruptor, namun tidak sesistemik Indonesia. Setidaknya itulah yang dinilai oleh Bank Dunia.
Persoalan sinar laser, saya sendiri tidak terlalu mempermasalahkannya. Tidak ada hubungannya sinar laser dengan main bola. Toh, ketika main di Senayan banyak juga pendukung Indonesia yang memancarkan sinar laser. Jadi, jangan salahkan sinar laser!
Saya orang Indonesia, tapi saya anti-nasionalisme, saya juga tidak pernah suka dengan jargon: Ganyang Malaysia! Kekalahan Indonesia harus diterima sebagai sesuatu yang wajar, faktor teknis dan mental. Olahraga tidak pernah mengenal politik dan provokator. Say No To Racism,jargon olahraga. Nasionalisme tidak ada bedanya dengan rasisme.
Selamat kepada Malaysia! Indonesia, masih ada kesempatan 2 x 45 menit membalas di Senayan. Belajarlah dari Liverpool yang membalikkan keunggulan 3-0 Ac Milan dalam waktu 6 menit.
Say No To Racism, Say No To Nationalism!


kompas.com/kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar